Berita


Pemecahan Rekor MURI

Bandung – Gedung Sate, ikon pemerintahan Provinsi Jawa Barat, menjadi saksi sejarah pada 22 November dengan tercapainya Rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk "Pemakaian Sarung Tenun oleh ASN Terbanyak". Sebanyak 44.175 Aparatur Sipil Negara (ASN), termasuk perwakilan dari SMAN 1 Bungursari, Kabupaten Purwakarta, berpartisipasi secara virtual dalam momen yang monumental ini.

Acara ini bukan sekadar seremonial, melainkan wujud nyata komitmen Jawa Barat dalam melestarikan budaya lokal, khususnya kain tenun tradisional Kab. Majalaya. Sarung tenun, yang dikenal dengan keindahan motifnya dan memiliki nilai filosofis tinggi, menjadi simbol utama dalam perhelatan ini.

Kegiatan ini digagas oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai bagian dari dukungan Peraturan Gubernur (Pergub) Jabar Nomor 15 Tahun 2021 tentang Pakaian Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Noneng Komara Nengsih dalam sambutannya menegaskan pentingnya melibatkan masyarakat, khususnya ASN, dalam pelestarian budaya. "Sarung tenun bukan sekadar pakaian, melainkan warisan budaya yang mencerminkan identitas bangsa. Hari ini, kita tidak hanya mengenakan sarung tenun, tetapi juga menunjukkan kepada dunia bahwa budaya tradisional tetap relevan di era modern," ujar Ibu Noneng.

Dari total 44.175 ASN yang terlibat, sebagian besar berasal dari lingkungan pendidikan, termasuk SMAN 1 Bungursari, Kabupaten Purwakarta. Kepala SMAN 1 Bungursari, H. Wawan Kurniawan, S.Pd, menyampaikan kebanggaannya atas keterlibatan para guru dan staf sekolah dalam kegiatan ini.

“Kami merasa bangga dapat turut serta dalam upaya pemecahan rekor ini. Selain menjadi bagian dari sejarah, ini juga menjadi sarana edukasi bagi kami untuk lebih mencintai dan melestarikan budaya lokal,” ungkapnya.

Para peserta dari SMAN 1 Bungursari, termasuk kepala sekolah, guru, dan staf administrasi, mengenakan sarung tenun khas Majalaya yang memadukan motif tradisional dengan warna-warna elegan. Kehadiran mereka tidak hanya mewakili dunia pendidikan, tetapi juga menjadi duta budaya Purwakarta di tingkat provinsi.

Tim dari Museum Rekor Indonesia (MURI) yang hadir langsung di Gedung Sate memberikan piagam penghargaan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat atas pencapaian luar biasa ini. Dengan total 44.175 peserta, rekor ini mencatatkan sejarah baru dalam upaya pelestarian budaya lokal di Indonesia.

Perwakilan MURI menyampaikan bahwa rekor ini tidak hanya tentang angka, tetapi juga tentang semangat masyarakat dalam melestarikan budaya tradisional. “Melalui kegiatan ini, kami melihat bagaimana budaya menjadi perekat di tengah masyarakat yang beragam,” ungkapnya.

Salah satu peserta, Sherly Febrian Rachayu dari SMAN 1 Bungursari, mengungkapkan bahwa acara ini memberikan pengalaman berharga. "Selain menjadi bagian dari pemecahan rekor, kami juga belajar banyak tentang kekayaan budaya Jawa Barat. Sarung tenun ini bukan hanya indah, tetapi juga nyaman dikenakan,” ujarnya.

Peserta lainnya, Ahmad Jakaria Wijaya, menambahkan bahwa acara ini menjadi momen untuk mempererat solidaritas antarinstansi. “Kami merasa bangga bisa bersatu dalam balutan kain tradisional yang penuh makna,” katanya.

Pemecahan rekor ini diharapkan menjadi langkah awal untuk terus mempopulerkan kain tenun di masyarakat, khususnya generasi muda. Dengan melibatkan ASN sebagai agen perubahan, budaya tenun dapat lebih mudah diterima dan dikenalkan ke berbagai lapisan masyarakat.

Selain itu, acara ini juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal, terutama para pengrajin tenun yang mendapatkan perhatian lebih luas. Pesanan sarung tenun meningkat secara signifikan menjelang acara, memberikan peluang ekonomi yang lebih baik bagi pengrajin lokal.

Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa budaya lokal memiliki daya tarik yang tak lekang oleh waktu. Pemerintah Provinsi Jawa Barat berharap kegiatan serupa dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia untuk terus melestarikan kekayaan budaya masing-masing.

Pembawa acara menutup acara dengan pesan penuh semangat, “Budaya adalah akar kita, dan dengan melestarikannya, kita menjaga identitas bangsa. Mari terus bangga dan berbuat untuk Indonesia yang lebih kaya secara budaya.”

Dengan tercapainya rekor ini, Gedung Sate tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, tetapi juga simbol pelestarian budaya yang menginspirasi masyarakat luas. Jawa Barat sekali lagi membuktikan bahwa tradisi dan modernitas dapat berjalan beriringan, menciptakan harmoni yang memikat dunia.

Acara ini tidak hanya meninggalkan jejak dalam sejarah, tetapi juga menanamkan kebanggaan budaya yang akan terus hidup di hati masyarakat.

 

Adnan Rannu Wijaya, 2024